Jumat, 27 Maret 2009

Perak Kota Gede Tetap Diminati

Kota Gede di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah berabad-abad dikenal sebagai sentra penghasil hiasan perak. Tepatnya sejak abad XVI. Hingga kini, para perajin binaan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) tetap mempertahankan tradisi pembuatan perak tanpa menggunakan mesin. Yang tentu saja dengan tidak mengurangi kualitas produk.

Proses pembuatan kerajinan perak membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Untuk sebuah cincin misalnya, diperlukan waktu satu hingga tujuh hari pembuatan. Semakin rumit model yang dikerjakan semakin lama pula waktu pengerjaan. Sebuah cincin dijual mulai harga puluhan ribu hingga jutaan rupiah.

Selain membeli model yang sudah ada, para perajin perak Kota Gede juga menerima pesanan khusus. Untuk menjaga eksklusivitas, model pesanan khusus hanya dibuat sekali. Harga bisa dirundingkan mulai dari puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah.

Selain dari Yogyakarta, bahan baku perak Kota Gede didatangkan dari pertambangan Cikotok, Jawa Barat. Meski semua bahan baku berasal dari dalam negeri, namun sayang di pasaran internasional harga perak buatan Kota Gede tidak bisa bersaing dengan perak asal Thailand yang model dan kualitasnya lebih rendah.

Saat ini daerah tujuan ekspor perak Kota Gede telah melebar ke berbagai negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang serta Eropa. Tak heran turis asing yang datang berwisata ke Yogyakarta juga berkunjung ke Kota Gede untuk memilih langsung perhiasan perak.

Perak ternyata tidak hanya membuat nama Kota Gede terkenal di mancanegara. Lebih dari itu, kerajinan perak juga mampu menjadi sandaran hidup bagi warga Kota Gede dan sekitarnya.(TOZ/Bambang Triyono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar