Kamis, 31 Desember 2009

Ijazah Ilegal Nodai Citra Jogja

Beredarnya 1.463 lembar ijazah ilegal dari Yogyakarta menodai citra Yogyakarta sebagai kota pendidikan. Inilah yang terjadi saat pendidikan berkualitas semakin sulit terjangkau masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Budaya instan pendidikan pun tak terhindarkan saat keterbatasan sebagian masyarakat ini dibaca oleh pasar.
Dari kacamata bisnis, DIY merupakan pasar yang sangat menggiurkan. Setiap tahun, tak kurang dari 40.000 pencari ijazah sarjana masuk ke kota ini. Akan tetapi, potensi pasar ini harus diperebutkan 805 program studi (prodi) dari sekitar 126 perguruan tinggi.
Dari jumlah ini, hanya beberapa gelintir yang mampu memperoleh jumlah mahasiswa yang memadai. Sisanya harus berjuang bertahan atau memilih menempuh jalan singkat, yaitu dengan membuat iming-iming tanpa peduli kualitas pendidikan. "Ijazah ilegal adalah salah satu bentuk iming-iming itu. Harga ijazah seperti ini murah, proses kuliahnya singkat, dan disertai manipulasi jumlah SKS yang telah ditempuh,
Kepentingan bisnis ini bertemu kelompok masyarakat dengan kemampuan ekonomi dan akademis terbatas. Sebagian ijazah ilegal diterbitkan Prodi Bimbingan Konseling Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Catur Sakti. Kasus ini ditutup dengan pencabutan izin prodi yang menerbitkan ijazah ilegal serta diperketatnya standar pendidikan tinggi di Yogyakarta.

Grebeg Buku Yogya 2009

Grebeg Buku Yogya 2009 akan berlangsung 30 Desember 2009 hingga 5 Januari 2010 dengan menampilkan beragam kegiatan mulai dari pameran buku, gunungan buku, hingga bedah buku.
Pameran buku nasional bertema 'Menuju Jogja Kota Wisata Buku (Jokotabu)' tersebut, diikuti 300 penerbit dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Blora dan Solo.
Pameran dibagi dalam 80 stan buku dan 14 stan komunitas dengan menggunakan 3 gedung. Antara lain gedung Shinta dengan ikon Gunung Buku Kaliurang. Sedangkan Kunthi dengan ikon lesehan buku Malioboro dan gedung Utari dengan ikon Obral-Abrul Buku Parangtritis dengan berbagai katagori buku obral dan buku baru.
Dalam pameran buku ini, juga akan menghadirkan bintang tamu motivasi Aceng (rekor muri bermain gitar dengan kaki), Noe Sabrang (penulis 'Buku Saku',vokalis LETTO), Eko Malang (Kick Andy, kandidat donor ginjal untuk perpustakaan anak bangsa), Hisyam A Fachri (Rekor Muri membaca pikiran orang terlama. Selama pameran panitia menyediakan hadiah berupa bagi-bagi Handphone setiap hari bagi pengunjung yang beruntung.Pameran buku ini gratis untuk umum jam 09.00-21.00 WIB. Khusus tanggal 31 Desember akan buka hingga jam 01.00 WIB,

Sate & Tongseng Jamu, Sajian Spesial dari Jogja

Jika bepergian ke Jawa Tengah, khususnya ke Yogyakarta, kita akan menemukan sejumlah kios yang bertuliskan sate & tongseng jamu, ataupun menuliskan B1 & B2 di kain yang dibentangkan diwarungnya. Kedua jenis makanan ini memang tak asing lagi bagi warga masyarakat yang berada di sekitar daerah tersebut.

Nama sengsu sudah akrab bagi warga jogja pada umumnya, namun tentunya amat asing bagi mereka yang belum pernah bepergian jogja. Sate jamu dan sengsu adalah istilah yang digunakan untuk makanan sate dan tongseng yang berasal dari daging anjing, bisa dikatakan sebagai makanan yang menjadi primadona bagi sebagian warga jogja.

Pasalnya, mereka meyakini bahwa daging binatang bertaring dan berkuku tajam ini memiliki khasiat tertentu bagi tubuh. Bahkan ada pula yang meyakini dengan mengonsumsi daging tersebut, mampu menyembuhkan penyakit yang telah bertahun lamanya tak sembuh. Namun ingat, makanan ini haram bagi muslim
Sebagian besar warung sengsu di Jogja tidak memberi label apapun untuk warung mereka. Beberapa warung sengsu yang sempat terpantau antara lain:

1. Masakan B1+B2 - Warung Kakilima.

Jl. C. Simanjuntak. Sebelah Timur Terminal Terban.

2. Sengsu Terminal Jombor - Warung Tongseng Jamu.
Terminal Bus Jombor, Jl. Magelang.

3. Sengsu Wetan Kewek - Warung Kakilima Tongseng Jamu.
Jl. Abubakar Ali Sebelah Timur Jembatan Kewek.

4. Sate RW Condongcatur - Warung Sate dan Tongseng Jamu..
Jl. Anggajaya Belakang Balai Kelurahan Condongcatur.

5. Sengsu Janti - Warung Tongseng Jamu.
Jl. Janti Gedongkuning, barat JEC. Buka malam hari

6. Sengsu Jetis - Warung Kakilima Tongseng Jamu.
Perempatan Jetis Depan STM Jetis. Buka malam hari

7. Sengsu Pingit - Warung Kakilima Tongseng Jamu.
Utara Perempatan Pingit Jl. Magelang. Buka malam hari

8. Sengsu jalan layang- Warung Kakilima Tongseng Jamu.
bawah jembatan jalan layang janti. Buka malam hari

9. Tongseng Jamu Mataram - Warung Kakilima Tongseng Jamu.
Jl. Dr. Sutomo, Depan Bioskop Mataram. Buka malam hari

10 Tongseng Jamu Timur Bandara - Warung Tongseng Jamu.
Timur pintu gerbang bandara, selatan makam, buka sore sampai malam

11 Tongseng Jamu gedongkuning - Warung Tongseng Jamu.
Jl Gedong kuning, barat kantor buka malam

Senin, 21 Desember 2009

Upacara Adat Suran Mbah Demang

Hari / Tanggal : Kamis Legi, 24 Desember 2009 Pukul 16.00 - selesai
Lokasi : Modinan, Banyuraden, Gamping
Penyelenggara : Masyarakat Modinan Banyuraden - Dinas Budpar Sleman

Jumat, 18 Desember 2009

Nguras Enceh Masih Miliki Nilai Magis

Ratusan Warga Mengantri Untuk Mendapatkan Air Enceh Foto : Firha
(KRjogja.com) - Ratusan warga memadati Puralaya Kompleks Pemakaman Raja-raja Mataram di Panjumatan Imogiri Bantul dalam acara Ngurah Enceh atau genthong. Tradisi ini masih menjadi daya tarik masyarakat hinga menjadi magnet bagi masyarakat dari berbagai daerah berebut luapan air dari enceh, bahkan tidak sedikit yang meminumnya atau membawa pulang.

" Kebanyakan warga juga datang dari berbagai daerah luar DIY, bahkan datang sejak malam hari untuk melakukan ritual mubeng beteng makam raja-raja Mataram. Sedangkan pada siang harinya, banyak juga pengunjung yang nyekar karena saat itu memang terbuka untuk umum," ujar Juru Kunci Makan Imogiri Abdi Dalem dari Keraton Surakarta Wakil Pengageng Raden Tumenggung Pringgodipuro atau Tarno kepada KRjogja.com saat ditemui di sela-sela prosesi Nguras Enceh, Jumat (18/12)

Lebih lanjut Tarno mengatakan Upacara ritual yang dilaksanakan di kompleks makam imogiri ini merupakan tradisi dalam rangka mengganti air yang terdapat dalam 'kong' di makam Raja-raja Imogiri. Selanjutnya air kurasan yang diperoleh dari 'kong' ini dibagi-bagikan kepada masyarakat yang memiliki kepercayaan bahwa air tersebut dapat memberikan kebaikan bagi kehidupan yang dilakasanakan setiap hari Selasa Kliwon pada bulan Suro ini diawali
Dengan mengganti air yang terdapat pada empat padasan, yaitu Kyai mendung yang berasal dari Roma, Nyai siem yang berasal dari Myanmar, Kyai danumoyo dari Aceh, dan Nyai Danumurti dari Palembang kemudian dilanjutkan dengan Kirab Budaya. Dalam kirab ini, peralatan nguras berupa siwur (gayung dari tempurung kelapa) dibawa dari kecamatan Imogiri menuju kompleks Makam Raja-raja. Kegiatan ritual ini ditutup dengan pentas kesenian tradisional.

"Prosesi nguras enceh dimulai pukul 09.00 WIB dengan kenduri bersama yang dipimpin sesepuh jurukunci Puralaya Imogiri yang dilanjutkan dengan kenduri atau selamatan dan pencucian empat enceh Nyai Danumurti, Kyai Danumaya, Kyai Mendung dan Kyai Siem. Usai penyucian dilanjutkan dengan pengisian enceh. Luberan air dari enceh diperebutkan pengunjung yang dipercaya oleh mereka konon mempunyai khasiat tertentu," terang Tarno

"Saya beserta robombongan warga kampung Serangan memang ingin sekali datang ke Imogiri untuk mendapatkan air berkat dan ngalap berkah sego gurih karena dipercaya air dari sini dapat menyembuhkan penyakit dan mengabulkan semua permintaan" ujar salah satu rombongan warga Serangang, Tuti saat ditemui di Lokasi Nguras Enceh.

Sama halnya dengan 3 orang nenek yang datang dari Dusun Bakulan Bantul dengan berjalan kaki dari rumah menuju Makam Imogiri hanya demi mendapatkan air dari kong serta menyantap nasi gurih setiap tahunnya. "Saya tidak pernah absen dateng kesini untuk ngalap berkah sekaligus nyekar di makam, sejauh ini khasiat air kong yang diminum saya percayai dapat menambah sehat badan jadi meskipun sudah tua saya tetap sehat," kata salah seorang nenek, Prawirodimejo.

Menurut Jurukunci dari Keraton Surakarta, Tarno mengatakan dari cerita turun-temurun, pada zaman Sultan Agung air dari enceh dapat menjadi perantara penyembuhan penyakit. "Bagi yang percaya, air tersebut dapat menjadi sarana tolak bala serta perantara untuk mengobati berbagai penyakit," katanya.

Ditambahkan Tarno berdasarkan cerita yang hingga saat ini berkembang di masyarakat Jawa, keempat genthong koleksi makam Puralaya Imogiri memang erat hubungannya dengan sejarah berdirinya kerajaan Mataram. Air yang dimasukkan di dalam keempat genthong tersebut, dulu dipergunakan untuk berwudhu pendiri Mataram, Sultan Agung. Maka sejak itu air genthong dijadikan sarana pengobatan berbagai penyakit. Air ini diambil dari sumber mata air di daerah Bengkung Mangunan yang letaknya kurang lebih 7km dari Makam Imogiri. Selain menyediakan air kong, dalam prosesi Nguras Enceh panitia juga menyediakan 1000 bungkus nasi gurih yang telah diberkati untuk dibagiakn kepada semua pengunjung. http://www.krjogja.com/krjogja/news/detail/12124/Nguras.Enceh.Masih.Miliki.Nilai.Magis.html

Mengalap Berkah Dari Air Kurasan Genthong Keramat

acara tradisional Nguras Enceh merupakan ritual mengguras air genthong yang berada di makam raja-raja Mataram Pajimatan, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Tradisi yang sudah berlangsung ribuan tahun ini selalu menarik perhatian masyarakat, khususnya bagi masyarakat Jawa yang masih kental dengan kepercayaan leluhur.

Nguras Enceh ini selalu dilaksanakan pada hari Jumat Kliwon setiap bulan Suro, yakni bulan pertama dalam kalender Jawa. Konon diyakini, siapapun yang berhasil mendapatkan air dalam genthong keramat ini akan mendapatkan berkah dan keselamatan dalam hidupnya.

Dikatakan juru kunci Makam Imogiri, KRT Hastana Nagara, tradisi leluhur ini bertujuan membersihkan 4 buah gentong atau tempat air yang disebut dengan Enceh di depan gerbang masuk Makam Sultan Agung. Enceh yang digunakan dalam upacara ini ada 4 buah yang berasal dari dua kerajaaan, yakni Kasunanan Solo, Kasultanan Yogyakarta.“Yang dari Kasunanan Surakarta masing-masing bernama Kyai Ngerum, Kyai Siyem. Sedangkan Enceh dari Kasultanan Yogyakarta diberi nama Kayi Danumoro dan Nyai Danumurti,” paparnya, disela ritual pencucian Enceh, Jumat (18/12).

Prosesi ini diawali dengan doa selamatan yang dipimpin oleh 2 juru kunci makam yakni Bupati Juru Kunci Surakarta KPH Suryo Nagara dan Bupati Juru Kunci Yogyakarta KRT Hastana Nagara. “Keikutsertaan masyarakat terhadap upacara tradisi ini merupakan upaya untuk ngalap berkah dan tirakat yang merupakan peninggalan nenek moyang masyarakat Jawa yang mempunyai makna yang dalam,” ujar Hastana Nagara.

Upacara Nguras enceh ini tidak berbeda dengan ritual Jawa lainnya yang tidak bisa lepas dari kembang setaman dan berbagai sesaji seperti pisang, nasi dan yang tidak ketinggalan, yakni kemenyan. Air dalam Enceh ini akan dikuras dan dibersihkan, air kurasan inilah yang nantinya akan diperebutkan warga.

Setelah selesai dikuras, Enceh akan diisi kembali dengan air baru lagi yang diambil dari sendang Bekung, suatu mata air yang terletak kerang lebih 7 km dari Makam Imogiri. Konon, warga percaya, air dari sendang Bekung Imogiri ini juga merupakan satu mata air dengan mata air Zam-Zam di Mekah, Arab Saudi. Inilah mengapa ribuan pengalab berkah selalu berebut air kurasan genthong keramat di Makam Imogiri ini KRjogja.com. (Fhttp://www.krjogja.com/krjogja/news/detail/12172/Mengalap.Berkah.Dari.Air.Kurasan.Genthong.Keramat.htmlir)

Jumat, 27 Maret 2009

Perak Kota Gede Tetap Diminati

Kota Gede di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah berabad-abad dikenal sebagai sentra penghasil hiasan perak. Tepatnya sejak abad XVI. Hingga kini, para perajin binaan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) tetap mempertahankan tradisi pembuatan perak tanpa menggunakan mesin. Yang tentu saja dengan tidak mengurangi kualitas produk.

Proses pembuatan kerajinan perak membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Untuk sebuah cincin misalnya, diperlukan waktu satu hingga tujuh hari pembuatan. Semakin rumit model yang dikerjakan semakin lama pula waktu pengerjaan. Sebuah cincin dijual mulai harga puluhan ribu hingga jutaan rupiah.

Selain membeli model yang sudah ada, para perajin perak Kota Gede juga menerima pesanan khusus. Untuk menjaga eksklusivitas, model pesanan khusus hanya dibuat sekali. Harga bisa dirundingkan mulai dari puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah.

Selain dari Yogyakarta, bahan baku perak Kota Gede didatangkan dari pertambangan Cikotok, Jawa Barat. Meski semua bahan baku berasal dari dalam negeri, namun sayang di pasaran internasional harga perak buatan Kota Gede tidak bisa bersaing dengan perak asal Thailand yang model dan kualitasnya lebih rendah.

Saat ini daerah tujuan ekspor perak Kota Gede telah melebar ke berbagai negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang serta Eropa. Tak heran turis asing yang datang berwisata ke Yogyakarta juga berkunjung ke Kota Gede untuk memilih langsung perhiasan perak.

Perak ternyata tidak hanya membuat nama Kota Gede terkenal di mancanegara. Lebih dari itu, kerajinan perak juga mampu menjadi sandaran hidup bagi warga Kota Gede dan sekitarnya.(TOZ/Bambang Triyono)

Kerajinan Wayang Kulit Desa Pucung

Wayang kulit merupakan budaya turun temurun masyarakat Jawa yang hingga kini masih bertahan. Salah satu kawasan yang warganya banyak menjadi perajin wayang kulit adalah Desa Pucung, Karang Asem, Bantul, Yogyakarta. Hampir tiap warga perajin wayang kulit.

Bahan dasar membuat wayang kulit adalah kulit kambing, sapi dan kerbau. Namun warga Desa Pucung lebih banyak menggunakan bahan kulit kambing karena mudah didapat. Proses pembuatan wayang dimulai dari menjemur kulit. Setelah itu baru dipotong dan dirangkai sesuai rancangan.

Dalam pembuatannya, ada aturan yang tidak boleh dilanggar seperti pembuatan tokoh-tokoh pewayangan yang dijadikan motif wayang kulit. Sesuai perkembangan zaman, wayang kulit kini mempunyai bermacam-macam fungsi seperti untuk kipas, pembatas ruangan, hingga keranjang.

Para perajin yang merupakan binaan Dewan Kerajinan Nasional Yogyakarta ini juga membuat hiasan dinding dengan ukuran yang besar. Harga jual berkisar dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Para perajin berharap produk mereka bisa menembus pasar luar negeri.

Kamis, 12 Maret 2009

Pentas Sendratari Ramayana

PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWCBPRB) Yogyakarta secara reguler menggelar pentas Sendratari Ramayana dengan ’full story’ di panggung terbuka Candi Prambanan. Apresiasi masyarakat terhadap karya seni Sendratari Ramayana sudah makin meningkat, terbukti sampai kini penonton pentas sendratari bukan saja dari kalangan wisatawan mancanegara (wisman) namun juga wisatawan nusantara (wisnus) termasuk para pelajar. Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap pentas sendratari ini, ditandai makin meningkat jumlah penonton disisi lain kapasitas kursi terbatas, sehingg sebagian menonton sambil berdiri hingga pertunjukan usai "Jika orang asing saja sangat menghargai dan mengagumi karya seni bangsa Indonesia, masak bangsa sendiri tidak bisa menghargai karya seni yang memiliki nilai sangat indah. Apalagi generasi muda harus mampu mengapresiasi karya seni nenek moyang kita berkaitan dengan upaya meningkatkan apresiasi Sendratari Ramayana, manajemen berusaha memfasilitasi para pelajar untuk bisa menikmati karya yang bernilai tinggi dengan memberikan tarif tiket masuk yang terjangkau pelajar.Untuk itu, bagi rombongan pelajar minimal berjumlah 30 orang tarif masuk ditentukan hanya Rp15.000 per orang.

Meskipun tarif tiket masuk pertunjukan itu dipatok cukup tinggi namun banyaka wisatawan tidak keberatan membayarnya karena mereka cukup menghargai pertunjukan seni tersebut.Tiket tanda masuk untuk kelas VIP Rp200.000 per orang, Kelas Khusus Rp125.000, Kelas I Rp100.000 dan Kelas II Rp50.000 per orang.

Nikmatilah Senja Nan Romantis di Candi Boko

Taman Wisata Keraton Ratu Boko terletak sekitar dua kilometer ke arah selatan dari Candi Prambanan, atau 18 kilometer arah timur dari kota Yogyakarta. Obyek wisata tersebut berada di sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 195,97 meter di atas permukaan laut.
Keraton Ratu Boko merupakan sebuah situs kombinasi antara Budha dan Hindu, ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk yang ada, yang biasanya terdapat pada candi Budha seperti stupa dan lempengan emas maupun perak. Kemudian adanya tiga candi kecil sebagai elemen dari agama Hindu, dimana terdapat Yoni, patung Dewi Durga dan Ganesha.
Manajemen PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWCBPRB) Yogyakarta menawarkan kepada wisatawan untuk menikmati keindahan dan suasana romantis senja di bukit situs Ratu Boko di wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui paket wisata Boko Sunset. Paket wisata yang tergolong baru ini diharapkan menjadi salah satu unggulan yang terus dipromosikan agar dikenal masyarakat luas.
Paket wisata ini menawarkan kepada wisatawan panorama alam yang indah dan mempesona saat senja hari ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat, yang dinikmati dari bukit Situs Ratu Boko. Suasana romantis itu dipadu dengan hamparan sawah yang terlihat di bawah bukit.di sisi utara, tampak Gunung Merapi yang melatarbelakangi sebuah peninggalan zaman lampau yang dikenal sebagai salah satu warisan budaya dunia yaitu Candi Prambanan.
Paket wisata yang dimulai pukul 16.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB ini, sekarang sudah mulai diminati wisatawan, khususnya dari mancanegara yang secara khusus datang hanya untuk melihat tenggelamnya matahari di ufuk barat.

Harga paket wisata ’Boko Sunset’ Rp 75.000 per orang untuk wisatawan mancanegara, dan Rp 35.000 per orang untuk wisatawan nusantara dengan fasilitas berupa suguhan makanan ringan serta secangkir kopi atau teh saat menyaksikan matahari tenggelam, dan makan malam dengan menu tradisional. Setelah menyaksikan matahari tengelam dari situs Ratu Boko, pada malam harinya wisatawan bisa melanjutkan menonton pertunjukan Sendratari Ramayana di panggung terbuka Candi Prambanan.

Rabu, 11 Maret 2009

Gudeg Jogja

Gudeg adalah Jogja, Jogja adalah gudeg. Dua kata ini nampak seperti kembar siam, sulit dipisahkan. Kalau Anda sejenak berkeliling kota Jogja, akan banyak menemui penjual masakan yang manis ini. Orang Jogja suka menyantap gudeg ini terutama di pagi dan malam hari.

Masakan gudeg ada 2 macam, yaitu gudeg basah dan gudeg kering. Gudeg basah, hanya satu kali dimasak dengan direbus hingga habis airnya, Sedangkan gudeg kering , minimal 2 kali memasak hingga benar-benar kering. Gudeg kering mempunyai daya tahan lebih lama (bisa sampai 4-5 hari) daripada gudeg basah, karena air di dalamnya benar-benar sudah habis. Gudeg biasanya disajikan dengan sayur daun singkong, ayam , telur, dan krecek pedas (dari bahan kulit sapi). Untuk gudeg basah biasanya ditambahkan dengan areh.

Bahan baku gudeg juga bervariasi. Umumnya gudeg Jogja dibuat dari bahan baku nangka muda. Bahan baku lain adalah rebung (bambu muda) dan manggar (bunga pohon kelapa). Jarang orang membuat gudeg dari dua bahan baku ini, karena sulit didapat. Namun ada warung gudeg yang spesialisasi menjual gudeg dari bahan manggar, yaitu GUDEG BU HENDRO. Warungnya dapat ditemukan di jalan Hayam Wuruk, daerah Lempuyangan pada malam hari.

Menyebut gudeg Jogja, otomatis ingatan kita akan tertuju pada sebuah kampung yang terletak di sebelah timur Alun-alun Utara Kraton Jogja. Dari kampung inilah, masakan khas yang berbahan dasar ‘gori’ ini menjadi populer hingga seantero dunia. Tak heran wisatawan yang berkunjung ke Jogja rasanya kurang lengkap jika belum menyantap gudeg di tempat ini.

Warung gudeg yang berderet di sebelah selatan Plengkung Tarunasura (Plengkung Wijilan) ini memiliki sejarah panjang. Ibu Slamet adalah orang pertama yang merintis usaha warung gudeg di tahun 1942. Beberapa tahun kemudian warung gudeg di daerah itu bertambah dua, yakni Warung gudeg Campur Sari dan Warung Gudeg Ibu Djuwariah yang kemudian dikenal dengan sebutan Gudeg Yu Djum yang begitu terkenal sampai sekarang.

Ketiga warung gudeg tersebut mampu bertahan hingga 40 tahun. Sayangnya, tahun 1980’an Warung Campur Sari tutup. Baru 13 tahun kemudian muncul satu lagi warung gudeg dengan label Gudeg Ibu Lies. Dan sampai sekarang, warung gudeg yang berjajar di sepanjang jalan Wijilan ini tak kurang dari sepuluh buah.

Gudeg Wijilan memang bercita rasa khas, berbeda dengan gudeg pada umumnya. Gudegnya kering dengan rasa manis. Cara memasaknya pun berbeda, buah nangka muda (gori) direbus di atas tunggu sekitar 100 derajat celcius selama 24 jam untuk menguapkan kuahnya. Sebagai lauk pelengkap, daging ayam kampung dan telur bebek dipindang yang kemudian direbus. Sedangkan rasa pedas merupakan paduan sayur tempe dan sambal krecek.

Ketahanan gudeg Wijilan ini memang cocok sebagai oleh-oleh, karena merupakan gudeg kering, maka tidak mudah basi dan mampu bertahan hingga 3 hari. Tak heran jika gudeg dari Wijilan ini sudah “terbang” ke berpabagi pelosok tanah air, bahkan dunia. Harganya pun variatif, mulai dari Rp 20.000,- sampai Rp 100.000,-, tergantung lauk yang dipilih dan jenis kemasannya. Bahkan ada yang menawarkan paket hemat Rp 5.000, dengan lauk tahu, tempe, dan telur.

Seperti kemasan gudeg-gudeg di tempat lain, oleh-oleh khas Jogja ini dapat dikemas menarik dengan menggunakan ‘besek’ (tempat dari anyaman bambu) atau menggunakan ‘kendil’ (guci dari tanah liat yang dibakar). Yang lebih unik, beberapa penjual gudeg Wijilan ini dengan senang hati akan memperlihatkan proses pembuatan gudegnya jika pengunjung menghendaki.

Bahkan, di warung Gudeg Yu Djum menawarkan paket wisata memasak gudeg kering bagi Anda yang ingin memasak sendiri. Anda akan mendapat arahan langsung dari Yu Djum. Seharian penuh Anda akan belajar membuat gudeg, dari mulai merajang ‘gori’, meracik bumbu, membuat telur pindang, sampai mengeringkan kuah gudeg di atas api.

Sentra produsen gudeg lainnya terletak di utara UGM, tepatnya KAMPUNG BAREK. Di sini ada belasan rumah yang memproduksi gudeg dan rata-rata mempunyai tempat berjualan di seantero kota Jogja. Beberapa nama gudeg kondang berasal dari kampung ini, antara GUDEG YU DJUM, GUDEG YU GINUK, GUDEG BU AMAD, dll.

Di malam hari, penjual gudeg lebih tersebar. Beberapa daerah penjual gudeg yang terkenal adalah di Tugu - Mangkubumi, sepanjang jalan Solo, seputar jalan Brigjen Katamso. Salah satu penjual gudeg malam hari yang cukup terkenal adalah GUDEG PERMATA atau GUDEG BU PUJO. Disebut gudeg Permata, karena letak warung ini persis di sebelah bioskop Permata. Tempat lain yang cukup kondang adalah GUDEG WIROBRAJAN, GUDEG TUGU

bahan:
  • 1½ kg nangka muda
  • 1 sdm asam jawa
  • 2 sdm gula jawa
  • 6 lembar daun salam
  • 4 gelas santan
  • Garam secukupnya
  • minyak goreng secukupnya

Bumbu yang dihaluskan:

  • 8 butir bawang merah
  • 4 siung bawang putih
  • ½ sdt ketumbar, disangrai
  • ½ sdt jintan, disangrai
  • 10 butir kemiri
Cara Membuat:
  • Nangka muda diiris ukuran 4 cm lalu direbus dengan air secukupnya sampai matang, angkat dan tiriskan.
  • Larutkan asam jawa dan gula merah dengan sedikit air.
  • Panaskan minyak goreng, tumis bumbu yang sudah dihaluskan bersama daun salam, air gula merah dan air asam jawa.
  • Stelah harum, masukkan nangkanya, aduk rata, tambahkan garam secukupnya.
  • Terakhir, tuang santannya kemudian masak sampai mendidih dan santan agak mengental dan berminyak.

Untuk 5-6 orang.

Selasa, 10 Maret 2009

Pemkot Yogyakarta Ambil Alih Pengelolaan Terminal Bus


Pemerintah Kota Yogyakarta, Selasa (20/3), mengambil alih pengelolaan Terminal Bus Tipe A Giwangan dari PT Perwita Karya. Untuk selanjutnya, pengelolaan terminal diserahkan kepada pengelola transisi sambil menunggu penghitungan aset oleh tim independen.

Penandatanganan akta pembatalan perjanjian kerjasama dilakukan oleh Walikota Yogyakarta Herry Zudianto dan Direktur Utama PT Perwita Karya (PT PK) Frananto Hidayat, di hadapan notaris Tri Agus di Balai Kota Yogyakarta.

Pengambilalihan dilakukan karena PT PK tidak bisa mewujudkan kewajiban sebagaimana tertuang dalam Surat Perjanjian Bersama Nomor 2 tanggal 9 September 2002 dan akte perubahan No 37 tanggal 26 Juli 2004. Isi perjanjian itu menyatakan PT PK memiliki kewajiban membangun pusat perbelanjaan (mal), stasiun pengisian bahan bakar umum, dan hotel di dalam kawasan terminal.

"Hampir semua fasilitas telah terbangun. Tinggal mal saja yang tidak bisa kami dipenuhi. Mengenai memanajemen pengelolaan terminal sebenarnya tidak gagal karena dua kali menang sebagai terminal paling bersih di Indonesia. Kami hanya tidak bisa mendatangkan investor (untuk membangun mal)," ujar Frananto kepada pers usai menandatangani akta pembatalan.

Menurut Frananto, tidak ada investor yang bersedia membangun pusat perbelanjaan di tempat itu. Mereka lebih menyukai tempat yang lebih strategis. Kondisi ini makin diperparah oleh krisis global.

"Kami sudah puluhan kali menawarkan kepada investor, tapi tidak ada berhasil. Kami jual kios juga tidak laku," ujar Frananto yang berpendapat jika tidak segera diambilalih maka kerugian bisa mencapai belasan miliar per tahun.

Sebagai gambaran betapa sepinya kawasan terminal Giwangan sejak dibangun tahun 2002, dari 555 unit kios dan area komersial, baru 205 yang terjual atau kurang dari 40 persen. Itupun, sebagian besar kios didominasi oleh pedagang makanan dan agen bus yang sering tutup lantaran sepi penumpang.

Kamis, 05 Maret 2009

Monggo, Coklat Unik dari Jogya

Ada cokelat unik di Yogyakarta buatan pria bule. Namanya, Cokelat Monggo. Rasanya pas, kemasannya pun sangat khas Kota Gudeg. Awal kisahnya, di tahun 2001, seorang pria asing asal Belgia bernama Thierry Detournay, berkunjung ke Yogya. Sebagai warga Belgia yang doyan cokelat berkualitas tinggi, Thierry kesulitan mencari cokelat yang memenuhi seleranya.
Mulailah Thierry membuat cokelat. Dari jenis truffle sampai cokelat-cokelat kecil. "Teman-teman bilang, cokelat buatan saya enak dan belum pernah mencoba cokelat seperti itu. Di Belgia, saya pernah ikut pelatihan meracik cokelat dengan ahlinya," ujar Thiery yang fasih berbahasa Indonesia. Belakangan, ia bertemu Edward Riando Picasauw alias Edo dan sepakat menekuni bisnis cokelat. "Modalnya cuma Rp 150 juta," kenangnya. Mereka sempat berjualan pakai Vespa di halaman gereja sebelum akhirnya membuka toko.
Tak disangka, jualan mereka laku. "Akhirnya kami bikin CV Anugerah Mulia dan memakai label Cokelat Monggo." Nama itu sengaja dipilih karena gampang diingat dan sangat familiar untuk masyarakat Indonesia. Konsep memadukan cita rasa Barat dan Timur itu ternyata sukses dijalankan Thierry dan Edo. Salah satu produk unggulan Cokelat Monggo adalah Dark Chocolate."Kami menggunakan 58 % kokoa tanpa campuran minyak nabati, supaya rasanya benar-benar cokelat." Aneka variasi pun dibuat. Salah satunya praline yang diberi kacang mete karena di sini susah mendapatkan hazelnut atau walnut.
Ayah satu putri ini memastikan, kualitas cokelat racikannya tidak kalah bersaing dengan yang asal Eropa, yang terkenal sangat nikmat. "Kami bikin tanpa bahan pengawet, semua alami. Prosesnya juga berbeda. Tidak semua orang bisa melakukan." Saat ini, setiap hari Thierry dibantu 55 karyawan dan bisa memproduksi hingga 1.000 buah cokelat, baik untuk bentuk batangan maupun kemasan khusus. Semua adonan masih dikerjakan sendiri oleh pria yang menikah dengan wanita asal Solo tersebut.
Proses pengerjaan masih dilakukan Thierry dengan cara manual. Semua cokelat diproduksi di sebuah rumah kecil di kawasan Kotagede. Keunikan lain dari kreasi Thiery terletak pada kemasannya. Mengusung konsep eco-friendly, cokelat dikemas dengan kertas daur ulang berdesain khas."Kami punya desainer grafis sendiri. Konsepnya sederhana, mungkin karena Yogya sekali. Kalau di Jakarta, kemasannya lebih mewah sementara untuk pasar Bali, gambarnya penari Bali," ujar Thiery yang juga menerima pesanan khusus semisal untuk suvenir pernikahan, Natal atau Valentine.

Bakpia Cappuccino, Sukses Tanpa Angka

Jika sowan ke Yogya, pastilah bakpia menduduki urutan teratas dari daftar oleh-oleh yang harus Anda bawa pulang. Memang, sejak belasan tahun, bakpia sudah menjadi salah satu item oleh-oleh wajib. Namun kali ini Yogya menawarkan bakpia yang berbeda dari biasanya.
Adalah kawasan Pathok, sebelah barat Jalan Malioboro, yang dikenal sebagai pusat industri bakpia. Uniknya, setiap industri rumahan ini selalu memberi label angka di setiap produknya, diambil dari nomor rumah tempat bakpia tersebut diproduksi. Terciptalah Bakpia 25, 75, hingga 175 yang terkenal itu. Seiring waktu, persaingan kian marak. Masing-masing mencoba memberi sentuhan baru dan kualitas yang berbeda agar bisa tetap digandrungi pasar.
Belakangan, tepatnya tahun 2004, muncul Bakpia & Pia. "Sebenarnya ini bisnis keluarga. Tadinya mama saya iseng-iseng, karena ada kursus membuat bakpia, terus dikembangkan sendiri," ujar Marizna (25), putri dari pemilik Bakpia & Pia, Rasuna Z ketika ditemui di tokonya di kawasan Dagen, Malioboro, Yogyakarta.
Dari hanya membuka "toko" di rumah keluarga, di kawasan Wates, kini Marizna memiliki 18 karyawan di dua cabang di Yogyakarta. Bahkan, produknya sudah masuk pusat perbelanjaan terbesar di Indonesia.
Sekilas, penampilan Bakpia & Pia tak terlalu berbeda. Perbedaan terletak di jenis yang ditawarkan. "Pia itu seperti bakpia spesial. Isinya kacang hijau tapi diisi lagi. Jadi, ada dua isian. Kacang hijaunya berbeda juga dari yang biasa. Bentuknya juga beda, bulat dan lebih besar," tutur gadis yang akrab disapa Rizna ini.
Alhasil, dari kemampuan meracik dua jenis isian, dibuatlah pia dengan enam jenis rasa, yaitu durian, nanas, kacang hijau, cokelat, keju, dan cappuccino. Harganya pun relatif lebih murah dari rata-rata harga bakpia keluaran Pathok. "Dulu, modalnya hanya Rp 5 juta. Sekarang, alhamdulilah keuntungannya sudah berkali-kali lipat." Dari 300-500 kotak yang diproduksi per hari, rata-rata setiap harinya hanya tersisa sedikit dan biasanya untuk besoknya langsung habis.
Bagaimana dengan kemasan? Jika selama ini bakpia dikemas dengan kotak yang rata-rata bernuansa seragam, lengkap dengan angka-angka, yang ini menyuguhkan kemasan unik dan berbeda. "Kebetulan, ayah saya, Zuhad, yang mendesain kotak. Sengaja kami masukkan logo Tugu dan motif batik sebagai ciri khas Yogya," kata Rizna. Jadi, tanpa angka pun, tetap laris-manis. (Yeta Angelina/Nova)


Alamat :
Bakpia & Pia ,
Waroeng Ngangeni, Jln. Dagen No.7, Yogyakarta
Telp. 0274-7442846.

Buddha di Tibet Disebarkan Orang Jawa


Ratusan umat Buddha dari sejumlah negara di Asia menggelar rangkaian doa khusus perdamaian dunia di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, mareka antara lain dari Singapura, Cina, Malaysia, Hongkong, dan beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta, Medan, Semarang, dan Surabaya. Ditandai dengan penyalaan sejuta lilin nabati di Candi Borobudur

Rangkaian doa perdamaian di Candi Borobudur ini diselenggarakan Yayasan Vajrayana Nusantara dan dipimpin oleh belasan biksu yang datang antara lain dari Tibet, India, Butan, dan Nepal. Zurmang Druppa Rimpoche berasal dari Zurmang Monastery Zinghai (Cina) adalah biksu tertinggi yang memimpin acara ini

Umat Buddha di dunia ingin menjadikan Candi Borobudur sebagai pusat kegiatan persembahyangan. Ajaran Buddha yang berkembang di Tibet, katanya, menyebutkan bahwa guru besar mereka yang bernama Artisa Dipangkara berasal dari Jawa, pada zaman Syailendra atau sebelum berdiri Candi Borobudur. Guru besar mereka hijrah ke Tibet pada masa lalu dan mengajarkan agama Buddha. sehingga layak kalau Borobudur menjadi pusat agama Buddha.

Selasa, 03 Maret 2009

Ijazah Ilegal (STKIP) Catur Sakti

Sekitar 1.400 ijazah ilegal telah diterbitkan oleh salah satu perguruan tinggi swasta (PTS) di Yogyakarta yaitu Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Catur Sakti dan ditengarai praktik penerbitan ijazah tersebut sudah berlangsung sejak 2002.

"Dalam lembaran ijazah tertulis secara jelas mengenai tanggung jawab dan kewajiban pemilik, jadi bagi mereka yang memiliki ijazah ilegal, juga memiliki tanggung jawab moral, khususnya terhadap dirinya sendiri karena ditengarai mereka banyak yang telah bekerja sebagai guru pegawai negeri sipil (PNS) dengan memanfaatkan ijazah ilegal yang dipunyai. Bentuk tanggung jawab moral yang dimiliki oleh pemilik ijazah ilegal tersebut diantaranya harus mengulangi kuliah hingga lulus untuk mendapatkan ijazah yang diakui kebenarannya.

Penyalahgunaan ijazah ilegal itu jelas merugikan dunia pendidikan dan juga rakyat yang memanfaatkan jasa pemilik ijazah ilegal, Untuk masalah teknis pelanggaran yaitu pemilik ijazah ilegal yang telah bekerja di sebuah instansi, maka biro kepegawaian yang akan mengambil tindakan. Sedangkan sanksi bagi PTS yang bersangkutan berada dalam kewenangan Kopertis karena instansi itulah yang berhak mengesahkan ijazah. Penutupan secara resmi program studi Bimbingan Konseling masih menunggu keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Sentra Buku Bekas Taman Pintar

Sentra penjualan buku di kompleks Taman Pintar Yogyakarta, yang dulu dikenal sebagai shoping centre hingga kini masih menjadi andalan para pemburu buku bekas dan kuno. namun kini semakin didominasi buku-buku baru. Perubahan tersebut terutama karena makin murahnya buku baru serta keharusan siswa membeli buku baru akibat pergantian kurikulum yg terjadi tiap tahun, sehingga siswa tidak dapat melungsur buku kakaknya.

Murahnya buku baru berkaitan dengan hadirnya mesin cetak produksi Jepang yang berukuran kecil dan murah. Sehingga urusan mencetak buku, menjadi lebih mudah, simpel, serta murah. Penerbit-penerbit baru bermunculan dan berani order dalam jumlah kecil maupun banyak ke percetakan.

Tahun 1970-1980 silam, penjual buku disini nyaris 100 persen memajang buku-buku bekas. Karena saat itu memang jarang ada buku baru. Namun sekarang pada umumnya mereka menjual 80 persen buku baru dan hanya 20 persen buku bekas, Persentase ini pun makin berkurang dari waktu ke waktu.

Pedagang disini umumnya masih meyediakan buku bekas karena peminat buku/novel/majalah bekas masih ada, sehingga pedagang masih berani kulakan. Buku-buku bekas yang diminati antara lain buku-buku sosial, politik, dan bacaan seputar tokoh berpengaruh.

Setiap pedagang mampu menjual puluhan bahkan ratusan buku bekas tiap bulannya. Buku itu didapat dari relasi, loakan dan membeli dari orang yang sengaja menjual kemari. Tapi karena buku lawas, dapatnya untung-untungan, tak bisa memilih, memastikan kapan dapat, dan tak bisa berharap kondisi buku masih bagus. Semakin lawas, kadang malah semakin dicari. Buku tebal sebanyak lima jilid yang dicetak di Jepang tahun 1964 tentang apa saja lukisan dan patung koleksi Bung Karno.

Disamping buku di sentra penjualan buku yang terletak persis di utara Taman Pintar ini, masih ada penjual tulisan karya mahasiswa seperti fotokopian skripsi dan hasil praktek kerja lapangan, dan laporan-laporan tugas kuliah. Mereka paham hal itu melanggar hukum karena menjual hak cipta karya orang, tapi peminatnya masih banyak.

Sabtu, 28 Februari 2009

sepeda bersama peringati Serangan Oemoem

Ribuan warga Yogyakarta bersepeda bersama memperingati peristiwa Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949. Acara tersebut dipusatkan di titik nol kilometer di simpang empat Kantor Pos Besar Yogyakarta di Jl Senopati, Minggu (1/3/2009) pukul 07.00 WIB.
Acara bertajuk sepeda bersama dan menjadikan Kota Yogya kembali sebagai kota sepeda itu diikuti berbagai komunitas dan klub sepeda di Yogyakarta seperti Komunitas Segosegawe (sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe), Jogja Onthel Community (JOC), Paguyuban Onthel Jogjakarta (Podjok), Komunitas Sepeda Low Rider, hingga Komunitas Guyub Rukun. juga diikuti para pelaku sejarah peristiwa SO 1 Maret dari Paguyuban Wehrkreise III Yogyakarta.
Sebelum berkumpul di Plaza Monumen Serangan Oemoem 1 Maret 49, peserta datang dari empat titik penjuru. Dari arah utara peserta berangkat dari Monumen Jogja Kembali. Dari arah barat berangkat dari Demak Ijo, Jl Godean. Dari arah selatan dari gedung piramid Jl Parangtritis Sewon Bantul dan arah timur dari gedung Jogja Expo Center (JEC) Janti. Dengan mengendarai berbagai jenis sepeda, para peserta juga mengenakan atribut jaman perjuangan serta berkalungkan janur kuning.
Di plaza monumen, peserta langsung disambut sejumlah anggota veteran/pelaku SO 1 Maret 49 bersama Walikota Yogyakarta Herry Zudianto. Di tempat itu juga digelar berbagai acara mengenang peristiwa SO 1 Maret yang telah menewaskan sekitar 300-an pejuang Indonesia.
Herry Zudianto dalam sambutannya mengatakan, bersepeda tidak hanya menjadikan badan sehat, namun juga upaya untuk mengatasi pemanasan global. "Bersepeda tidak identik dengan kuno, tapi itu sikap modern warga Yogyakarta untuk ramahlingkungan. aq

Festival Internasional Borobudur

Festival Internasional Borobudur

Festival Internasional Borobudur (Borobudur International Festival/BIF) sebagai ajang promosi pariwisata Indonesia di tingkat internasional diagendakan digelar setiap lima tahun sekali kembali digelar pada 2009 .

BIF pertama kali diadakan pada 2003, dan sesuai jadwal seharusnya dilaksanakan lagi pada 2008, namun karena keterbatasan dana, BIF yang akan berlangsung lima hari, baru diselenggarakan pada 25-29 Juni 2009mendatang.

Sejumlah negara juga akan diundang untuk berpartisipasi dan tampil dalam festival ini, selain beberapa provinsi yang menjadi Mitra Praja Utama, dan seluruh kabupaten serta kota se-Jawa Tengah. even ini akan diisi dengan serangkaian kegiatan antara lain "performing art", pameran perdagangan dan investasi pariwisata, widya wisata, "travel mart" serta seminar internasional.

Rangkaian kegiatan dalam event ini tidak semuanya akan berlangsung di Candi Borobudur. "Performing art" dan pameran berlangsung di Candi Borobudur, tetapi widya wisata diselenggarakan di dua tempat yaitu di Candi Borobudur dan Kota Solo. Sedangkan "travel mart" akan diadakan di Kota Semarang, dan seminar internasional di Solo. Selain kelima kegiatan yang menjadi acara inti dari BIF 2009, juga akan diadakan saresehan, temu sastra serta pergelaran seni tradisional. Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut disiapkan pendanaan sekitar Rp4,5 miliar.