Jika sowan ke Yogya, pastilah bakpia menduduki urutan teratas dari daftar oleh-oleh yang harus Anda bawa pulang. Memang, sejak belasan tahun, bakpia sudah menjadi salah satu item oleh-oleh wajib. Namun kali ini Yogya menawarkan bakpia yang berbeda dari biasanya.
Adalah kawasan Pathok, sebelah barat Jalan Malioboro, yang dikenal sebagai pusat industri bakpia. Uniknya, setiap industri rumahan ini selalu memberi label angka di setiap produknya, diambil dari nomor rumah tempat bakpia tersebut diproduksi. Terciptalah Bakpia 25, 75, hingga 175 yang terkenal itu. Seiring waktu, persaingan kian marak. Masing-masing mencoba memberi sentuhan baru dan kualitas yang berbeda agar bisa tetap digandrungi pasar.
Belakangan, tepatnya tahun 2004, muncul Bakpia & Pia. "Sebenarnya ini bisnis keluarga. Tadinya mama saya iseng-iseng, karena ada kursus membuat bakpia, terus dikembangkan sendiri," ujar Marizna (25), putri dari pemilik Bakpia & Pia, Rasuna Z ketika ditemui di tokonya di kawasan Dagen, Malioboro, Yogyakarta.
Dari hanya membuka "toko" di rumah keluarga, di kawasan Wates, kini Marizna memiliki 18 karyawan di dua cabang di Yogyakarta. Bahkan, produknya sudah masuk pusat perbelanjaan terbesar di Indonesia.
Sekilas, penampilan Bakpia & Pia tak terlalu berbeda. Perbedaan terletak di jenis yang ditawarkan. "Pia itu seperti bakpia spesial. Isinya kacang hijau tapi diisi lagi. Jadi, ada dua isian. Kacang hijaunya berbeda juga dari yang biasa. Bentuknya juga beda, bulat dan lebih besar," tutur gadis yang akrab disapa Rizna ini.
Alhasil, dari kemampuan meracik dua jenis isian, dibuatlah pia dengan enam jenis rasa, yaitu durian, nanas, kacang hijau, cokelat, keju, dan cappuccino. Harganya pun relatif lebih murah dari rata-rata harga bakpia keluaran Pathok. "Dulu, modalnya hanya Rp 5 juta. Sekarang, alhamdulilah keuntungannya sudah berkali-kali lipat." Dari 300-500 kotak yang diproduksi per hari, rata-rata setiap harinya hanya tersisa sedikit dan biasanya untuk besoknya langsung habis.
Sekilas, penampilan Bakpia & Pia tak terlalu berbeda. Perbedaan terletak di jenis yang ditawarkan. "Pia itu seperti bakpia spesial. Isinya kacang hijau tapi diisi lagi. Jadi, ada dua isian. Kacang hijaunya berbeda juga dari yang biasa. Bentuknya juga beda, bulat dan lebih besar," tutur gadis yang akrab disapa Rizna ini.
Alhasil, dari kemampuan meracik dua jenis isian, dibuatlah pia dengan enam jenis rasa, yaitu durian, nanas, kacang hijau, cokelat, keju, dan cappuccino. Harganya pun relatif lebih murah dari rata-rata harga bakpia keluaran Pathok. "Dulu, modalnya hanya Rp 5 juta. Sekarang, alhamdulilah keuntungannya sudah berkali-kali lipat." Dari 300-500 kotak yang diproduksi per hari, rata-rata setiap harinya hanya tersisa sedikit dan biasanya untuk besoknya langsung habis.
Bagaimana dengan kemasan? Jika selama ini bakpia dikemas dengan kotak yang rata-rata bernuansa seragam, lengkap dengan angka-angka, yang ini menyuguhkan kemasan unik dan berbeda. "Kebetulan, ayah saya, Zuhad, yang mendesain kotak. Sengaja kami masukkan logo Tugu dan motif batik sebagai ciri khas Yogya," kata Rizna. Jadi, tanpa angka pun, tetap laris-manis. (Yeta Angelina/Nova)
Alamat :
Bakpia & Pia ,
Waroeng Ngangeni, Jln. Dagen No.7, Yogyakarta
Telp. 0274-7442846.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar